Allah Memanggilku
Berjalan setengah sadar, aku membuka pintu depan.
“Wawak uda di rumah sakit, biar nenek tidur disini aja malam ini
ya, wawak masih di ICU.”
Wawak sebutan untuk suami dari adik mamaku. Beberapa hari
sebelum di larikan ke RSUZA, beliau sempat di rawat di Rumah Sakit Umum Idi,
Aceh Timur. Kondisinya semakin parah. Kejang. Tidak sadar diri.
Pukul 22.00 beliau masuk RSUZA di IGD. Dua hari satu malam,
Alhamdulillah ada kamar kosong untuk segera ditempati. Ruang Mamplam 1 kamar 4.
Sedikit ribet, karna hanya ada aku yang mengerti cara mengurus administrasi
rumah sakit, Nenek tidak mungkin, ia sudah tua. Istri Wawak juga tidak mungkin,
beliau harus menjaga suaminya.
Aku pamit pulang. Sedikit khawatir karna bola lampu kereta
sudah kandas. Solusinya hanya bisa menghidupkan lampu samping sepanjang
perjalanan menuju Darussalam, dan jalan terlihat semakin sepi. Esok malamnya,
aku kembali ke rumah sakit untuk mengantar segala keperluan makan. Kaget. Wawak
dimana? Jantungku berdebar. Ku buka ponsel, ada sms masuk, “ Kak, Bapak uda
pindah ke kamar 7.”
Wajahnya penuh rahasia terbujur kaku. wajah tampan telah tertutup dengan kesedihan. Ingin mengeluh karna kesakitan. Pasrah.
Ini bukan pertama kalinya ia harus bermain dengan darah. Tatapannya penuh
isyarat, aku sendiri bingung mengartikan maksud lelaki muda itu. Usianya sekitar
20 tahun, tubuh kurus, terbaring lemah di atas tempat tidur. Saat masuk bukan
Wawak yang kulihat, melainkan ia. Aku penasaran, seberapa parah sakitnya?
Pagi berikutnya, aku melihat ia di dorong oleh 3 perawat. Aku
duduk di ruang tunggu, karna pada saat itu, semua anggota keluarga disuruh
keluar, ada pembersihan. Lelaki muda itu kembali menatapku. Sepertinya Ia ingin
minta tolong, memberinya semangat untuk terus bertahan. Selama aku menjaga
Wawak, ia terus memandangku.
satu malam yang lalu, Wawak pulang. Aku terkejut ketika
mendengar kabar duka dari mereka. Lelaki muda itu telah pergi dan tak pernah
kembali. “Meninggal?”
lelaki itu menderita gagal ginjal, ini yang kesekian kalinya
ia harus cuci darah. Mungkin saja ia mulai bosan, hidup seperti vampir yang
terus mengisap darah orang. Ia memutuskan untuk berhenti sampai malam itu. Aku tidak
melihatnya lagi.
Post a Comment